
Spesies panda raksasa (Ailuropoda melanoleuca) kini tidak masuk kategori hewan terancam punah lagi, demikian menurut otoritas Tiongkok. Pihaknya telah berupaya menyelamatkan keberadaan hewan itu. Mengutip CNN (12/7/2021), Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok telah membantu mendorong populasi panda raksasa di alam liar hingga jumlahnya kini mencapai 1,8 ribu individu.
China telah menghabiskan setengah abad mencoba meningkatkan populasi panda dengan memastikan keberadaan panda raksasa di beberapa pegunungan. Kini, spesies tersebut diklasifikasikan sebagai hewan rentan. Hal ini disampaikan oleh Cui Shuhong, Direktur Departemen Perlindungan Ekologi Alam Kementerian Ekologi dan Lingkungan Tiongkok.
Pilih Tak Ambil Risiko Meskipun Sudah Dikeluarkan dari Daftar Sejak 2016
Panda raksasa sebenarnya telah dikeluarkan dari daftar terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada 2016. Tapi, keputusan itu tidak disepakati pejabat China. Mereka beranggapan jumlah panda raksasa saat itu masih belum cukup banyak untuk disebut tidak terancam.
“China telah membentuk sistem cagar alam yang relatif lengkap,” kata Cui. “Area besar ekosistem alami telah dilindungi secara sistematis dan sepenuhnya. Habitat satwa liar juga telah ditingkatkan secara efektif,” akunya. Cui menambahkan bahwa populasi beberapa spesies langka dan terancam punah lain juga berangsur pulih.
“Jumlah spesies, seperti harimau Siberia, macan tutul Amur, gajah Asia, dan ibis jambul telah meningkat secara signifikan,” klaimnya.
Sejak 1970-an, para pejabat China telah berkampanye meningkatkan jumlah panda raksasa. Guna mengatasi hilangnya habitat, pejabat menciptakan cagar alam yang dirancang khusus di daerah sumber makanan utama mereka, bambu, berlimpah.
Pada tahun 2017, China mengumumkan rencana alokasi lahan seluas 16,8 ribu kilometer persegi untuk konservasi. Panda dikenal di China sebagai spesies payung, yang berarti para ahli percaya bahwa tindakan melindungi mereka akan membantu melindungi spesies lain, serta ekosistem lebih besar.
Tapi, upaya meningkatkan populasi panda mungkin harus mengorbankan beberapa karnivora. Jumlah beberapa populasi karnivora tercatat menurun tajam selama beberapa dekade terakhir.
Angka ini dinilai berpotensi menempatkan keseimbangan ekosistem yang lebih besar dalam bahaya. Pernyataan serupa juga sudah termuat dalam sebuah penelitian yang dirilis tahun lalu oleh tim gabungan China-Amerika Serikat.
Mengutip Shanghaiist, upaya pelestarian panda raksasa salah satunya membuat 172 ribu warga Provinsi Sichuan, Gansu, dan Shaanxi direlokasi pada 2017 lalu. Relokasi tersebut merupakan “salah satu aksi penting pemerintah China untuk mendesain ulang taman nasional sepenuhnya.”
Dalam rencana lima tahun terbaru, Negeri Tirai Bambu berencana membuat 20 taman nasional. Memulainya, media pemerintah mengumumkan pengembangan empat taman nasional yang beekonsentrasi pada hewan-hewan, yakni panda, gajah Asia, antelop Tibet, serta harimau dan macan tutul.
Lalu, pada 2019, untuk pertama kalinya China melepasliarkan panda ke cagar alam di Provinsi Jiangxi. Cagar alam tersebut memiliki iklim yang sejuk dan ekosistem cukup terjaga, dengan sumber daya bambu berlimpah dan minim intervensi manusia. Kondisi ini dinilai baik bagi panda raksasa dan satwa liar lain untuk hidup, serta berkembang biak.